Selasa, 20 November 2012

Kain Lurik

Yogyakarta kota wisata ini ngga cuman terkenal dengan " kota batik", tapi kota gudeg ini juga punya jenis kain tenun bercorak garis-garis yang disebut lurik. kain ini tak kalah menariknya dan patut untuk dilirik...

 Pada zaman dulu kain lurik yang menggunakan benang katun dipintal dengan menggunakan tangan sebagai bahan dasarnya, yang dibuat menggunakan alat tenun gedog yang menghasilkan kain selebar 60 cm,  dan sekarang sudah diproduksi pakai Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) yang dapat menghasilkan kain selebar 150 cm, sehingga memudahkan untuk penggunaannya.  Lurik mempunyai tekstur yang khas, terasa kasar dan kaku, bagi sebagian orang tekstur seperti itulah yang dicari, kesan ethnicnya akan langsung terlihat.
Lurik merupakan kain serba guna, selain digunakan sebagai pakaian sehari-hari, atau sebagai alat pembawa beban gendong ( karena mempunyai kekuatan atau daya tahan yang luar biasa), juga untuk perlengkapan interior rumah (tirai, sarung bantal, taplak meja dll).  Uniknya semakin lama usia lurik teksturnya akan semakin lembut dan akan terasa lebih nyaman dikenakan. 

Meskipun sering dianggap sebagai kain untuk kaum jelata, tapi banyak membuktikan bahwa kain yang kasar ini memiliki peran penting dalam berbagai upacara kraton.  Di lingkungan kraton Yogyakarta umumnya digunakan sebagai kemben, beskap, atau surjan, selendang sebagai alat gendong atau alat kelengkapan upacara siraman, ruwatan, labuhan dan mitoni.  Sampai sekarang masih dipakai sebagai seragam para prajurit kraton.  Konon dijaman Majapahit awalnya hanya terdiri dua warna yaitu hitam dan putih.  Yang membedakan antara corak yang satu dengan lainnya dalah komposisi warna dan jumlah garis, masing-masing mempunyai nama tertentu diantaranya corak telupat, sulur ringin, sodo sak ler, pankung dll.
Lurik sekarang ini tidak hanya untuk kebutuhan tradisional tapi juga sudah masuk ke kehidupan masyarakat urban dengan berbagai alasan.  Kelebihan lurik salah satunya yang tidak dimiliki batik yaitu kain lurik tidak bisa dibuat dengan teknik printing karena teknik ini hanya bisa meniru corak dan warna tapi tidak bisa meniru teksturnya dan "feel" khas kain lurik yang menjadi kekuatannya.  (sumber Fashion pro, kain).

Budaya kita, memang kaya, Love Indonesia...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar